Beritabaikjatim.com – Nabi Ibrahim as meruapakan nabi ke-6 dalam sejarah rasul yang wajib diketahui oleh umat Islam. Nabi Ibrahim memiliki nama lengkap Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra’uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh. Ia dilahirkan pada tahun 2295 SM di negeri Mausul.
Sebagai mana dikutim dari web deam.co.id, Ibrahim merupakan utusan Allah SWT, ia memiliki tugas yang berat, yaitu mengajarkan ketauhidan kepada masyarakat jahiliyah yang telah memiliki keyakinan kuat terhadap penyembahan berhala.
Kisah Nabi Ibrahim yang terkenal adalah tentang perlawanannya terhadap Raja Namrud. Akibat perlawanan tersebut, Nabi Ibrahim dibakar hidu-hidup di hadapan rakyat Raja Namrud.Lantas bagaimana kisah Nabi Ibrahim yang dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud tersebut? Simak kisah selengkapnya berikut ini, dirangkum Dream dari berbagai sumber.
Nabi Ibrahim Diasingkan Sejak Kecil
Ketika masih kecil, Nabi Ibrahim diasingkan di dalam sebuah goa di dalam hutan belantara. Hal itu dilakukan oleh orang tua Nabi Ibrahim lantaran ada perintah dari Raja Namrud untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir.
Sebab Raja Namrud tidak ingin ada orang yang menggantikan kedudukannya sebagai raja.
Meskipun dalam pengasingan, Allah melindungi Nabi Ibrahim hingga tumbuh menjadi sosok lelaki kuat dan tangguh menghadapi segala bahaya. Kemudian ia kembali ke negerinya, dan melihat dimana-mana ada berhala yang disembah oleh masyarakat.
Kemudian ia bertanya-tanya, di mana sebenarnya Tuhan berada. Dianugerahi pemikiran kritis oleh Allah, Nabi Ibrahim pun melalui perjalanan spiritual yang panjang, hingga akhirnya menemukan bahwa Tuhan para manusia adalah Allah SWT.
Maka dari itu ia memberikan kabar kepada seluruh penduduk untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala-berhala tersebut. Bahkan beliau menghancurkan seluruh berhala dan menyisakan berhala yang paling besar dengan mengalungkan sebuah palu di leher berhala itu. Melihat pemandangan tersebut, Raja Namrud pun naik pitam.
Menyadarkan Masyarakat
Nabi Ibrahim yang dianggap sebagai perusak berhala-berhala itu pun dipanggil untuk diadili. Mereka bertanya: ” Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap sembahan-sembahan kami, wahai Ibrahim?” Ibrahim menjawab: ” Sebenarnya patung terbesar itulah yang melakukan hal ini, cobalah tanyakan kepada benda itu jika memang dapat berbicara.”
Mereka pun mulai tersadar, lalu dengan kepala tertunduk, mereka berkata: ” Sesungguhnya kamu telah menyadari bahwa berhala-berhala itu memang tidak dapat berbicara.” Ibrahim berkata: ” Lalu mengapakah kalian menyembah kepada yang selain Allah?”
Mendengar pernyataan Ibrahim, para pengikutnya tersadar dan terpikir oleh mereka Tuhan yang selama ini disembah tidak dapat melihat, mendengar, dan bergerak. Hal ini membuat Raja Namrud menjadi semakin murka.
Dibakar Hidup-Hidup
Mendengar perkataan Nabi Ibrahim yang mampu memengaruhi sebagian masyarakat, membuat Raja Namrud menjatuhkan hukuman dengan membakarnya hidu-hidup. Kisah ini pun diabadikan dalam Surat Al Anbiya:
” Mereka berkata: ” Bakarlah Dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar- benar hendak bertindak.” (QS. Al-Anbiya’: 68).
” Mereka berkata: ‘irikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim; lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.’ Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, Maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina.” (QS. As-Saffat: 97-98).
” Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan: ” Bunuhlah atau bakarlah dia” , lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ankabut: 24).
Lalu Raja Namrud dengan angkuh berkata kepada rakyatnya:
” Hal ini akan menjadi bukti, siapa raja dan dewa di muka bumi ini, serta siapa yang manusia biasa. Kalian akan menyaksikan pada hari ini bahwa orang itu dilenyapkan di perapian akibat berani menyatakan bahwa kelak Tuhannya membakar kaum kita; maka biarlah Tuhannya yang menyelamatkan orang itu, sementara akulah dewa yang menyelamatkan kalian, bukan orang itu!”
Di saat Ibrahim hendak dilempar ke perapian, sesosok malaikat hadir untuk menawarkan pembebasan untuk Ibrahim supaya dapat melarikan diri menghadapi hukuman kaumnya, namun Ibrahim berkata: ” Cukuplah Yang Maha Melindungi yang memberi keselamatan kepada diriku.” Lalu malaikat tersebut beranjak pergi.
Tatkala Ibrahim melompat ke perapian yang membara, seketika Allah berfirman kepada perapian supaya menjadi keselamatan terhadap Ibrahim:
Kami berfirman: ” Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. (QS. al-Anbiya’: 69-70).
Berkat lindungan dari Allah, Nabi Ibrahim membuat takjub seluruh penduduk yang menyaksikannya, sebab tubuhnya tetap utuh tanpa terbakar sedikitpun.
Namrud Merasa Dipermalukan
Melihat Nabi Ibrahim selamat dari kobaran api, sebagian orang takjub dan menjadi pengikutnya. Namun masih banyak orang yang berpegang teguh pada keyakinan lamanya.
Kemudian Ibrahim maju seraya menyatakan, ” hanya beriman kepada Allah; juga ia hanya berserah diri kepada Kehendak Allah. Maka Allah memilih Ibrahim dari tengah-tengah umat manusia sebagai manusia pilihan Allah, sesuai firman-Nya:
“ Dan orang yang membenci kepada agama Ibrahim, hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.” Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: ” Tunduk patuhlah!”
Ibrahim menjawab: ” Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): ” Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS. Al-Baqarah: 130-132).
Allah memberkati Ibrahim beserta golongan yang mengikuti pribadi Ibrahim. Setelah itu, Ibrahim mengatakan kepada orang-orang yang saling berselisih: ” Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah, hanyalah didasari rasa tentram dan kasih sayang bagi kalian sendiri dalam kehidupan dunia ini. Kelak pada Hari Kiamat, sebagian kalian mengingkari sebagian lain dan sebagian kalian mengutuk sebagian lain, dan tempat kembali kalian memang Neraka dan takkan ada satupun yang membela kalian.”
Setelah memahami bahwa Allah yang telah menyelamatkan Ibrahim sewaktu menghadapi perapian yang membara, Namrud beserta para pengikutnya merasa dipermalukan. Mereka takut akan ada lebih banyak orang yang percaya kepada Ibrahim dibanding kepada kerajaannya.
Tantangan dari Namrud
Lalu Namrud memberikan tantangan lagi kepada Nabi Ibrahim. “ Kami sadari bahwa kamu memang tetap hidup dari tengah-tengah perapian tetapi kamu tidak menghadirkan sembahanmu di hadapan kami. Maka kami takkan percaya kepadamu.”
Ibrahim berkata: ” Tuhankulah Yang Menghidupkan maupun Yang Mematikan siapa yang Dia kehendaki, sebab Dialah Yang Maha Kuasa atas segala hal yang berada di langit maupun di bumi.”
Seketika Namrud memanggil dua orang budak lalu membunuh salah satunya. Namrud semakin menyombongkan diri: ” Aku pun memiliki kuasa di bumi terhadap orang-orang itu sebab akulah raja, dan aku pun dewa yang sanggup menghidupkan maupun mematikan; maka aku bertaruh dengan seluruh budak yang kumiliki bahwa kamu takkan bisa menunjukkan bukti-bukti tentang Tuhanmu itu kepada diriku.”
Ibrahim berkata: ” Sekalipun kamu memberi seisi bumi kepadaku, ketahuilah bahwa segala yang ada di bumi beserta yang ada di langit adalah milik Allah. Maka lihatlah ke arah matahari yang terbit itu, sesungguhnya Allah adalah Yang Menerbitkan Matahari dari arah timur, jika memang terdapat kuasa pada dirimu terhadap matahari maka terbitkanlah matahari dari arah barat.”
Seketika Namrud tertegun dan menjadi bisu di hadapan Ibrahim. Lalu banyak orang yang meninggalkan dan memisahkan diri dari kepemimpinan Namrud dan mereka mendirikan kekuasaan mereka sendiri. Dengan diiringi banyak pengikut, Ibrahim meninggalkan tempat kelahirannya untuk memenuhi perintah Allah SWT.
Mendoakan Ayahnya
Ibrahim sempat mengajak sang ayah agar meninggalkan penyembahan berhala dan berangkat bersamanya dalam mengikuti Allah SWT. Namun, sang ayah yang telah merasa lelah terhadap seruan-seruan semacam ini, menghendaki Ibrahim pergi meninggalkannya untuk waktu yang lama. Meskipun demikian, Ibrahim masih sempat berdoa memohonkan ampunan untuk ayahnya sebagai janji dan wujud anak yang berbakti terhadap orang tua.
Akan tetapi terdapat peringatan Allah yang menyadarkan Nabi Ibrahim supaya tidak lagi memohonkan pengampunan untuk ayahnya. Sebab ayahnya merupakan orang yang menolak serta memusuhi penyembahan kepada Allah.
Demikian itulah secuil kisah Nabi Ibrahim yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua untuk selalu memperkuat keimanan kita kepada Allah SWT. Semoga bermanfaat.(*)