JEDDAH.Beritabaikjatim.com-Sebanyak 330 Jamaah umrah asal beberapa daerah asal Jawa Timur, harus ekstra sabar. Lantaran, pesawat Lion Airbus A330-300 yang seharusnya terbang dari bandara khusus Haji-Umrah Jeddah ke Surabaya, mengalami delay selama setengah hari lebih atau 15 jam.
Sementara dilansir dari Kompas.com, Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Muddatssir Badruddin bersama 60 jemaahnya dari Pamekasan, tertahan di Bandara Soekarno Hatta saat hendak berangkat umrah, Rabu (4/5/2022).
Peristiwa delay di Jedda ini, karena pesawat berbadan lebar yang dipiloti Capt Pilot Paulus Rahman dengan kode JT 1115 H, sesuai jadwal harusnya take off Rabu malam pukul 18.00 WSA = 22.00 WIB dan terbang selama 10 jam 30 menit akan tiba di bandara Juanda 08.30 Kamis pagi.
Dari waktu delay itu dihabiskan para penumpang di dalam pesawat. Setelah boarding pada pukul 23.45 WSA atau 03.45 WIB, namun pesawat tidak juga take off. Menurut salah satu Crew, ketika ditanya kenapa delay sedemikian lama? “Ini lantaran kami menunggu document flight dari otoritas bandara,” jelasnya kepada penulis yang ikut dalam penerbangan ini.
Untuk diketahui, sejak 2 Syawal – 3 Mei lalu, jadwal penerbang dari dan menuju bandara di Jeddah mengalami kepadatan. Akibat, banyak penerbangan yang membawa jamaah umrah “terlantar” di bandara King And Azis Jeddah sejak Selasa lalu dan puncaknya Rabu. Sampai berita ini dimuat, belum ada tanda tanda pesawat akan segera take off.
Sedangkan insiden delay pesawat dari penerbangan yang sama juga terjadi di tanah air. Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Muddatssir Badruddin bersama 60 jemaahnya dari Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, tertahan di Bandara Soekarno Hatta saat hendak berangkat umrah.
Rombongan umrah dari Jatim tertahan selama 7 jam.
Moh Ramli, salah satu jamaah yang mendampingi Muddatssir menjelaskan, penerbangan seharusnya sudah dilakukan pukul 15.00 WIB. Namun sampai pukul 21.30 WIB belum ada kepastian dari pihak maskapai. Akibatnya jemaah kelaparan dan kelelahan. “Kami kelelahan menunggu kabar dari maskapai. Kami sampai kelaparan di bandara karena tidak ada dari maskapai yang bertanggungjawab,” kata Ramli melalui sambungan telepon seluler Kompas.com.
Ramli menambahkan, peristiwa seperti ini baru terjadi kepada jemaahnya. Jemaahnya merasa sangat dirugikan secara materiil dan non materiil. Seharusnya, pihak maskapai memberikan penjelasan penyebab tertundanya penerbangan dan memberikan kompensasi atas tertundanya jadwal penerbangan.
“Per jam ini kerugian yang dialami jemaah cukup besar karena berkaitan dengan logistik dan penginapan selama di Arab Saudi. Kami minta pihak maskapai menanggung kerugian tersebut,” imbuhnya. Setidaknya, imbuh Ramli, jemaah dievakuasi ke penginapan agar tidak keleleran di bandara. Sehingga jemaah bisa istirahat, makan, dan bisa ibadah. “Jemaah ada yang sudah lanjut usia seperti Rois Syuriah PBNU Kiai Muddatssir dibiarkan keleleran,” ungkap pria yang juga advokat ini. (bjo)